Rembuk

Misi Penyelamatan Budaya Museum Ullen Sentalu

SLEMAN -- Museum Ullen Sentalu yang terletak di Kaliurang, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu museum yang harus dikunjungi karena memiliki berbagai informasi mengenai seni, budaya serta sejarah Jawa. Nama Ullen Sentalu ini merupakan akronim dari bahasa Jawa: “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Museum Ullen Sentalu ingin mengenalkan sejarah, seni dan budaya jawa yang tidak hanya dikenalkan melalui lisan saja namun juga dapat dikenalkan melalui visual.

Tya (25), salah satu tour guide Museum Ullen Sentalu, menjelaskan museum swasta ini didirikan oleh keluarga Haryono yang mewarisi . Haryono adalah seorang pembatik yang suka dan tertarik dengan budaya jawa sehingga beliau beserta Raja dari 4 Kerajaan Mataram Islam mendirikan Yayasan Ulating Blencong dan bergabungnya para kerabat Dinasti Kerajaan Mataram yang berada di Yogyakarta dan Surakarta.

Para kerabat ini memberikan koleksi pribadinya agar bisa menjadi kajian serta memperkaya sanah kebudayaan Indonesia. Museum Ullen Sentalu ini diresmikan oleh Sri Paduka Paku Alam VIII yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Peresmian ini bertepatan dengan Serangan Umum yang terjadi pada 1 Maret 1997.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Museum Ullen Sentalu berperan dalam menjembatani tantangan proses budaya masa kini dari budaya masa lalu. Bangunan-bangunan yang berada di Museum Ullen Sentalu mengajak kita untuk merasakan nuansa dari masa ke masa karena adanya bangunan modern dan klasik sehingga memiliki kesinambungan. Museum Ullen Sentalu dalam pariwisata membawa khasanah, kekayaan, pusat kebudayaan, dimana orang-orang belajar akan kebudayaan jawa.

“Karena bersifat privat dan pengelolaannya bagus jadi tertarik untuk mengunjungi dan mempelajari kebudayaan Yogyakarta melalui Museum Ullen Sentalu ini,” tutur Katrin, Selasa (21/6/2022).

Museum Ullen Sentalu akan menawarkan dua jenis kunjungan yaitu Tur Bebas (Free Tour) yang dilakukan sendiri dan Tur Dipandu (Guided Tour) yang akan ditemani oleh Kurator. Pembagian jenis kunjungan ini dimaksudkan untuk menjamin aspek pendidikan (educational/ learning) dalam kunjungan dan tidak hanya sekedar tamasya (entertainment/ leisure). Dengan menggunakan kurator ini, pengunjung dapat bertanya langsung untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dibandingkan hanya melakukan interaksi melalui touch – stone screen atau keterangan pada caption atau label museum.

Pada jenis kunjungan Tur Dipandu (Guided Tour), Museum Ullen Sentalu memberikan dua jenis tiket kepada pengunjung dengan harga dan tur yang berbeda. Tur pertama yaitu “Tur Adiluhung Mataram” dengan harga Rp 50 ribu dan tur kedua yaitu “Vostenlanden” atau Tanah Para Raja dengan harga Rp 100 ribu.

Tur pertama akan diberikan penjelasan mengenai para darah biru Mataram dan diajak memasuki kisah hidup mereka melalui lukisan potret diri, koleksi syair, serta foto-foto. Terdapat juga penjelasan mengenai kehidupan Keraton Mataram pada era lampau yang menguak seni budaya Jawa berfilosofis dan sarat makna.

Kemudian tur kedua akan menjelajah masuk ke dalam sejarah kekuasaan bumi Jawa serta masa emas Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta melalui koleksi masterpiece Museum Ullen Sentalu. Lalu kita akan singgah di Esther Huis yang merupakan rumah bergaya Indies dengan koleksi kebaya, batik dan hiasan antik budaya Indies yang merupakan akulturasi tiga budaya: Jawa – Belanda – Tionghoa.

Setiap ruangan di sini memiliki kesinambungan yang dipisah dari berbagai ruangan, salah satunya ruangan pertama yang menjelaskan sejarah pecahnya Kesultanan Mataram menjadi Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Ruangan kedua berisi peninggalan beberapa batik dari Yogyakarta dan Surakarta. Ruangan ketiga ini berisi silsilah mengenai keluarga keraton, baik Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Selanjutnya di ruangan keempat yang diberi nama Ruang Putri Dambaan. Ruang keempat ini berisi memorabilia perjalanan hidup Gusti Nurul dengan ditampilkannya foto-foto saat bayi, kehidupan bersosial, foto saat menari di Belanda, hingga foto pernikahannya. Terakhir yaitu ruangan kelima yang berisi beberapa surat yang ditulis atau diterima oleh anak bangsawan pada kala itu.

Berita Terkait

Image

Alun-alun Utara Yogyakarta Punya Wajah Baru

Image

Jelang Ramadhan, Pantai Parangtritis Dipenuhi Wisatawan

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image