Dari Limbah Jadi Berkah, Inovasi Peternak Ikan Menghadapi Dinamika Covid-19
Oleh: Fadhillah Ulumudin
MADIUN -- Sejak pandemi Covid-19 tahun lalu, ternak ikan milik Jantono mengalami penurunan persentase penjualan. “Banyak orang pada takut sama Corona yang digembar-gemborkan media, ya dampaknya usaha kecil milik kami juga terkena sedikit imbas," keluhnya.
Untuk terus memutar rantai keuangan mau tidak mau Jantono harus bersiap dan berusaha menjaga usahanya agar tidak gulung tikar, salah satu caranya dengan meningkatkan kualitas pengelolaan ikan serta penjualan ternak miliknya. Tak lupa juga ia menurunkan harga jual per kilonya demi menggaet pelanggan. Misal harga ikan Gumari per kilonya dibanderol sekitar Rp 35 ribu. Ia juga selalu mengecek harga pasaran ikan miliknya agar tidak terjadi tumpang tindih harga.
Jantono mengungkapkan ia tak sepenuhnya menyalahkan pandemi yang sedang terjadi. Ia malah bersyukur karena dengan adanya pandemi pengalaman untuk mengelola ternak juga semakin meningkat. Hal itu dikarenakan ia banyak melakukan diskusi bersama kerabat maupun teman satu profesi, mereka biasanya membahas persoalan peningkatan mutu yang biasanya bertempat di teras halaman rumahnya di Desa Jiwan, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Ahad (27/3/2022).
Jantono mengaku telah menjalani profesi sebagai peternak ikan selama kurang lebih empat tahun untuk meneruskan usaha milik keluarga. Pada usianya yang tidak lagi muda, Jantono hanya ingin fokus menjalankan bisnis yang tujuannya sebagai kegiatan yang bermanfaat daripada bersantai-santai.
“Kalau tiap hari santai-santai saja gimana buat makan,” tuturnya.
Awal memulai usaha tersebut ia mengungkapkan tidak mengerti sama sekali dalam perawatan ikan. Namun berkat dorongan keyakinan dan ketekunan ia akhirnya dapat beradaptasi dengan baik.
Salah satu kerabatnya yaitu Utomo juga sempat disinggungnya karena berjasa dalam membantu dan mengajari variasi teknik pengelolaan ikan ternak miliknya. Salah satu metode perawatan ternak yang sempat diajarkan Utomo adalah pengelolaan air dalam kolam. “Air itu ibarat jantungnya kita, ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan.” Kata-kata tersebut selalu terngiang di mindset Jantono.
Utomo pernah menjelaskan bahwa hal sepele di sekitar kita kadang dapat berubah menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat. Utomo pun mengenalkan kepada Jantono bahwa limbah organik seperti sisa buah, sayur, dan sumber pangan tertentu, dapat dijadikan sebagai solusi ataupun alternatif dalam pengelolaan ternak. Ia sempat berkata “usaha itu bukan sekadar kita bisa menjalankan dengan baik terus dapat untung, tetapi bagaimana caranya juga kita dapat memberikan dampak bagi lingkungan”.
Salah satu alternatifnya adalah membuat produk “Bio Mikro”. Produk ini merupakan salah satu hasil dari pelatihan yang pernah diikuti Utomo yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun. Tujuan pelatihan tersebut agar nantinya peternak maupun petani dapat lebih tanggap dalam pengelolaan ternak atau tanaman sehingga hasil produksi juga semakin bertambah
Salah satu hal lainnya adalah misi pemerintah dalam menanggulangi limbah domestik. Bio Mikro sendiri merupakan produk hasil fermentasi limbah yang di dalamnya terdapat mikroorganisme aktif, yang banyak dimanfaatkan oleh peternak maupun petani dalam proses metabolisme serta keseimbangan air maupun tanah.
Proses pembuatannya pun juga terbilang cukup mudah. Yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan Bio Mirko ini adalah udara. Karena apabila terdapat banyak gelembung-gelembung udara saat proses fermentasi berlangsung dapat dipastikan hasil fermentasi akan gagal. Proses tersebut dapat saja gagal karena mikroorganisme yang berperan menguraikan limbah bersifat anaerob, sehingga kondisi yang diperlukan memang harus benar-benar kedap udara.
Dari proses sortir limbah, kemudian fermentasi, hingga menjadi produk, hanya dibutuhkan waktu sekitar kurang lebih tiga pekan saja. Ketika memasuki proses fermentasi inilah yang membutuhkan banyak ketekukan dalam pengecekan suhu serta udara, agar mikroorganisme dapat menguraikan limbah dengan baik. Biasanya dalam satu kali produksi, Utomo bisa mendapatkan kurang lebih 19 liter.
Meskipun begitu, saat ini Utomo belum berfokus dalam pengembangan produknya untuk dipasarkan. Hal inilah yang justru dimanfaatkan Jantono dalam kolaborasi pengelolaan ternak miliknya dengan Bio Mikro. Jantono juga merasakan banyak manfaat setelah menggunakan Bio Mikro, mulai dari keseimpangan pH air yang lebih seimbang, hingga hasil panen ikannya lebih terlihat segar dan gemuk daripada sebelumnya.
Jantono biasanya menggunakan Bio Mikro sebagai penetral pH air serta bahan nutrisi tambahan bagi ternaknya, ia menambahkan sebelum menggunakan produk tersebut ia selalu mengencerkan kandungan Bio Mikro agar tidak pekat dan tidak beresiko bagi ternaknya maupun kondisi air.
Jantono sangat senang bahwa setiap perubahan sosial dapat diatasinya dengan baik, dengan banyak belajar dan ketekunan Jantono dapat mengembalikan keadaan usahanya pada fase kritis yang kemudian perlahan pulih membaik.
Ia juga sangat berterima kasih kepada Utomo maupun teman-temannya karena selalu mendukung serta memberikan ilmu yang baru baginya. Kini, Jantono tengah sibuk belajar dalam mengembangkan bisnisnya bersama produk Bio Mikro milik Utomo. "Tidak ada kata terlambat dalam belajar, selagi ada ketekunan, kerja kerjas, dan motivasi, hal apapun dapat berpeluang kita miliki," tutur Jantono.