DIY Diserang Wabah PMK, Masyarakat tak Khawatir

Rembuk  
Tono, salah satu penjual hewan ternak di Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta.

SLEMAN -- Sejak akhir Juni yang lalu, Indonesia mengalami wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang mana wabah ini menyerang hewan ternak. Ternak yang terjangkit PMK ditandai dengan kondisi melepuh di sekitar kuku dan erosi di mulut, lidah, gusi, lubang hidung, dan puting.

Imbasnya, ternak antara lain akan mengalami penurunan produksi susu, keguguran, gangguan reproduksi, penurunan berat badan, dan kematian mendadak.

Berdasarkan update dari siagapmk.id, Rabu (27/7/2022), setidaknya ada 22 provinsi dengan 268 kabupaten/kota yang melaporkan adanya kasus. Total di seluruh Indonesia, jumlah kasus PMK sampai dengan (27/7/2022) terdapat sebanyak 704.438 kasus. Dari jumlah tersebut, hewan ternak yang sudah sembuh dari penyakit ini ada sekitar 220.453 ekor. Sedangkan hewan yang dipotong bersyarat ada sebanyak 6.513 ekor, dan hewan mati ada sebanyak 3.954 ekor.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Di DIY, dikutip dari Republika.co.id, hingga saat ini kasus PMK sudah mencapai lebih dari 10 ribu. Meskipun demikian, beberapa peternak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak merasa terancam ataupun takut. Saat diwawancara sebelum Idul Adha lalu, sejumlah peternak mengaku penjualan hewannya tak terlalu terdampak wabah ini.

“Semangat untuk berkurban masih ada, tapi untuk saat ini ngikutin anjuran pemerintah jika ada anjuran untuk pemeriksaan dari pihak terkait, Dinas kesehatan. Saya yakin pemerintah tetap melakukan (kurban) di masjid-masjid, biasanya seperti itu. Jadi kami hanya sebatas dilakukan pemeriksaan dan mudah-mudahan tahun ini kita tetap bisa berkurban," kata Aris, seorang penjual hewan ternak di Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Aris berharap pihak pemerintah lebih aktif turun ke bawah untuk memeriksa agar kekhawatiran masyarakat terutama yang berkurban supaya mereka tidak ragu. "Ikut protokol dari pemerintah saja, dulu ada virus antraks, dan kami mengikuti protokol dari pemerintah alhamdulilah semuanya aman," kata Aris lagi.

Sama Seperti Aris, Tono yang sudah lama berjualan ternak di Purwosari, Sinduadi, Kabupaten Sleman mengaku tidak takut maupun khawatir adanya wabah ini.

Ya nggak ada sih pak, kambing saya bisa bapak lihat semuanya sehat. Nggak ada (takut tertular) sih pak, karena saya di sini sudah lama dan udah ada medis dan dokter spesialis jadinya saya nggak takut pak," ujarnya.

Sama halnya dengan para pembeli daging sapi di Pasar Gentan, Jalan Kaliurang, Sleman. Mereka mengaku tidak khawatir adanya wabah ini akan mempengaruhi kualitas dan daging yang terjual di pasar.

Nggak (Khawatir) sih mas, karena saya yakin daging yang dijual udah dicek sama dinas, dan nggak mungkin juga mereka berani menjual daging penyakit," ucap Santi, seorang ibu rumah tangga.

Ia menambahkan, kualitas daging yang buruk pasti akan kentara. "Kalau mereka berani (menjual daging jelek-Red) pasti mereka kena hukumlah," katanya lagi.

Rey, pembeli lainnya, pun berpikiran serupa. Ia tak takut membeli daging meskipun wabah PMK masih mengintai. “Nggak juga sih, sudah ada pemerintah yang mastiin dan memantau juga karena itu sudah tugasnya mereka juga," kata warga Gentan itu.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

Kategori

× Image