Mengadopsi Prinsip Agile Development untuk Pengembangan Diri
Dalam pekerjaan developer, Agile sering disebut sebagai framework karena di dalamnya terdapat berbagai metode yang digunakan sesuai kebutuhan. Pada dasarnya, Agile mengacu pada prinsip atau pendekatan yang digunakan dalam manajemen proyek pengembangan software. Menurut Anblicks, ada beberapa poin utama untuk menjabarkan prinsip Agile.
a. Approach to Software Development (pendekatan dalam pengembangan software)
b. Gather Requirements (kegiatan mengumpulkan informasi, kriteria, dan kebutuhan)
c. Iterative and Increment Development (dilakukan bertahap dan terus meningkat)
d. Last from Two to Four Weeks Time Frame in a Sprint (berlangsung dalam waktu singkat, umumnya dua hingga empat pekan per sprint)
e. Early and Continuous Deployment (awal dan berkelanjutan)
Dalam praktiknya di dunia IT, Agile diterapkan dengan membentuk sebuah tim yang bertugas mengembangkan software. Proses pengembangan dibagi dalam beberapa sprint. Durasi setiap sprint dapat bervariasi dipengaruhi oleh jenis proyek dan metode yang digunakan, namun umumnya berlangsung selama dua hingga empat pekan.
Agile menawarkan proses yang sangat fleksibel. Sebagai contoh, kita sedang dalam proses pembuatan sebuah software. Di tengah proses tersebut, ada koreksi dari yang dilakukan dari product owner atau user berupa penambahan fitur. Proses penambahan fitur ini tidak perlu menunggu keseluruhan software selesai, namun dapat dilakukan para iterasi atau sprint berikutnya. Dengan cara ini, pekerjaan menjadi lebih cepat dan mudah.
Lalu, bagaimana menerapkan pendekatan Agile untuk mencapai tujuan kita dalam kehidupan sehari-hari? Izinkan saya melakukan sedikit rekayasa dan cocoklogi di sana-sini.
Pertama, ibaratkan hidup kita adalah sebuah proses pengembangan diri. Tetapkan tujuan besar yang jelas dan terukur untuk dicapai. Lalu pecah menjadi beberapa target yang bisa kita capai dalam jangka pendek. Upayakan agar setiap target bisa tercapai dalam 2-4 pekan.
Tidak ada manusia yang hidup tanpa masalah. Sangat tidak apa-apa jika kita ingin memasukkan beberapa masalah yang ingin kita selesaikan terlebih dahulu. Beberapa masalah tersebut bisa jadi menghambat tercapainya target.
Satu periode yang terdiri dari 2-4 pekan itu kita sebut sebagai satu sprint. Satu target atau satu masalah harus bisa diselesaikan dalam satu sprint. Jika di tengah jalan kita menemukan masalah baru dalam mencapai suatu target, kita bisa menyelesaikan masalah itu dalam sprint berikutnya.
Sebagai contoh, kita baru saja pindahan dan semua barang masih menumpuk di satu ruang. Akan sangat penat dan berat untuk memulai jika kita memikirkan betapa banyaknya pekerjaan yang harus kita selesaikan untuk menata banyak sekali barang dalam rumah tersebut. Maka, kita bisa membagi proses berbenah ini dalam beberapa sprint. Di dua pekan pertama, kita fokus untuk membenahi ruang tamu. Dua pekan selanjutnya, kita fokus membenahi ruang keluarga, lalu ruang tidur, gudang, taman dan sebagainya. Membenahi di sini termasuk kegiatan melakukan pengecatan, penambahan furnitur, hiasan dinding, bahkan detail seperti bunga dan hiasan meja. Selesaikan semua dalam dua pekan.
Contoh lain, dalam waktu dekat ini kita ingin membangun sebuah usaha jualan online. Kita sudah melakukan riset pasar, menentukan jenis usaha, menentukan model bisnis dan alur kerja. Karena keterbatasan modal, kita baru dapat menjalankan bisnis ini seorang diri. Maka kita bisa memulai eksekusi target ini dengan membagi semua kegiatan, dari menyiapkan stok hingga menjual barang dalam beberapa sprint.
Di sprint pertama, kita melakukan riset untuk menentukan suplier terlebih dahulu. Kita mungkin perlu melakukan uji coba pembelian untuk memastikan barang yang akan dijual memiliki kualitas yang sesuai standar kita. Setelah mendapatkan barang yang sesuai, kita dapat mulai melakukan pembelian barang dan memproses barang tersebut hingga layak jual. Sprint review dapat dilakukan bersama teman ataupun calon pembeli.
Dalam sprint selanjutnya, kita mulai menyiapkan materi promosi. Siapkan alat yang dibutuhkan, lakukan pemotretan atau pengambilan video, proses pembuatan konten, penjadwalan dan sebagainya. Lakukan review terhadap kelayakan konten tersebut.
Di sprint selanjutnya, mulai buat akun sosial media dan e-commerce secara bersamaan. Upload konten sesuai jadwal. Dan lakukan evaluasi pada akhir sprint. Lakukan hal ini secara kontinyu.
Kita juga dapat menerapkan prinsip ini untuk tujuan-tujuan lain yang ingin kita capai. Misalnya, dalam sprint pertama kita ingin menerapkan kebiasaan membaca. Kita dapat fokus pada projek ini selama empat pekan dengan memilih buku yang menggugah selera dan menerapkan kegiatan membaca secara kontinyu. Lakukan review dengan teman pada akhir sprint.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, prinsip Agile mengutamakan adanya iterasi, proses yang berkelanjutan, dan terus meningkat. Harapannya, dengan menerapkan prinsip ini kita dapat memecah problem-problem yang kita hadapi dalam mencapai tujuan hidup untuk terus berkembang. Dengan begitu, kita dapat menyelesaikan atau mencapainya satu per satu. Secara tidak sadar, masalah hidup kita akan berkurang dan perlahan kita akan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu hingga tujuan hidup kita tercapai